Sabtu, 24 Mei 2014

Dunia

Diary Unknown di Sabtu, Mei 24, 2014


Satu satu bintang di langit, sinarnya terang, menyilaukan hatiku. Suara di kejauhan terdengar mendayu merdu, membangunkan anganku padamu. Rupa rupa wajah manusia berbayang di sekitar, pikirku, tapi hanya wajahmu yang terlihat jelas di mataku. Matamu yang bulat besar, senyummu yang terasa mengaduk aduk jiwa, terasa dekat lekat. Hari dimana kita bertemu saat matahari bersinar lebih terang dari sebelumnya, angin yang bertiup lebih lembut dari gulungan permen kapas di pasar malam, dan suara sesauhan burung burung kutilang di atas sana terdengar lebih merdu dari nyanyian para bintang memadukan langkahku dengan langkah mu. Bertemu pandang, saling tersenyum, dan sesekali membenahi anak anak rambut yang jatuh karena gugup. Hari itu hatiku berdebar lebih kencang dari yang kutahu, seperti parade para bintang. Apakah hatimu juga? Begitu tanyaku.
Aku, Bintang dan kau Matahari. Begitu kita saling berpanggilan. Adakalanya kita duduk berdua di kursi taman dekat rumah, hanya duduk dan memandangi lalu lalang manusia manusia yang berjalan sambil sesekali mengulum senyum, menikmati emosi yang muncul saat itu. Adakalanya kita berjalan pelan bergandengan tangan di sepanjang sungai yang airnya sejernih kristal, mendekat, menemani ikan ikan berwarna warni seperti pelangi, saling bercerita tentang impian di masa lalu. Adakalanya kita berlari ketika awan mulai menitikkan air matanya, sang pemarah yang berkilat menyambar nyambar ke permadani hijau si ibu bumi, mengejar kita yang ketakutan dan berlari sambil bergandengan. Adakalanya kita hanya saling menatap sepasang mata yang ada di hadapan, membiarkan waktu berlalu begitu saja, kita mengelana dalam dalamnya pikiran, berbicara panjang lebar tak terhingga.
Itulah saat kita bersama. Aku, Bintang dan kau Matahari. Kita saling menerangi satu sama lain. Melengkapi. Kitalah sang raja waktu. Tiada yang bisa mengalahkannya. Kita bertemu, bercerita, bertualang, terkadang saling menjauh, tapi kemudian bergenggaman erat. Kita bersama menciptakan dunia impian, yang naik turun menjadi gunung dan dataran, menganak sungai ke samudera lepas, membentuk lembah lembah dan oase, hutan hutan dan gurun gurun pasir, dunia kita. Indah, penuh, dan menakutkan disisi lain. Inilah dunia Bintang dan Matahari.
Sepenuh hati ku, Bintang dan kau Matahari. Meski jarak sejuta cahaya memisahkan kita, dunia itu hidup dan dipenuhi kehidupan. Aku, Bintang dan kau Matahari. Begitu kita saling berpanggilan. Hari ini, aku mengingatmu. Merindukanmu dalam dunia para bintang, mencari sosokmu yang hilang ditelan rembulan malam ini. Berharap kau segera hadir menemani Bintang, menyilaukannya lagi, membuatnya hidup. Kau Matahari, yang menghidupkan Bintang. Akankah kita bertemu kembali? Tanya Bintang dan menutup kedua matanya, lelah dalam harap.

Jogja, 06052014

0 komentar:

Posting Komentar

 

DIARY KECIL Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea