Matahariku,
Ketika Sinar itu hilang, hilanglah juga cahaya sang Bulan
Melepas sukmanya ke awang-awang, tinggalkan raga tak bernyawa
Hilang sudah detak dalam jantungnya, berganti nada nada tanpa suara
Dan sang Bintang hanya merengkuh Bulan syahdu dalam sinarnya yang kecil, mungil
Matahariku,
Ketika Hangatmu lenyap, hanya dingin yang menyapa sang Bulan
Pekat oleh gelap, sunyi oleh suara
Mengantar Sang Bulan pada detik detik kematiannya sendiri
Tak berdaya, seolah menyerah oleh si Kejam, sang waktu
Sementara sang Bintang hanya terdiam di tempatnya
Mencoba menghangatkan hati Bulan yang beku dan nestapa
Matahariku,
Oh... Matahariku... Ratap sang Bulan
Hancur luluhkah sukmamu?
Meninggalkan kami sendiri, meneruskan sinarmu yang terang, hangatmu yang lekat
Padahal bersinar saja kami tak mampu?
Matahariku,
Rindu kami menyapu setiap kata yang terucap
Merinduimu,
Tapi Matahariku,
Sang waktu tak pernah kompromi,
Memaksa Bulan dan Bintang agar tetap hidup, menyalakan sinarnya yang paling terang
Membuat pekat malam jadi terang, Membuat kesunyian jadi ramai oleh hiruk pikuk makhluk malam
Membuat pekat malam tak lagi menakutkan,
Ya, Matahariku..
Kami akan terus hidup
Hingga sukma lepas, dan suara tak lagi bernada
Karena malam masih membutuhkan kami..
Karena dunia ini masih harus kami terangi
(Ayah, Ibu, dan para Bintang)
0 komentar:
Posting Komentar