Satu hal yang tak bisa dan tak
akan pernah aku lupakan dalam hidup ini, di tahun yang sama saat aku harus
kehilangan sosok yang hangat yang membuat hari hariku riuh rendah, aku bertemu
denganmu. Randy restianda. Pribadimu yang manis, hangat, dan baik membuatku
jatuh cinta. Untuk pertama kalinya dalam hidupku. Jujur saja aku paling takut
dengan rasa ini, membuatku tak bisa mengontrolnya, mendiktenya, atau
melenyapkannya. Aku takut rasa ini, membuatku kehilangan akal dan selalu
bergantung padamu. Karena itu aku selalu menghindarinya, menyembunyikannya,
mengabaikannya hingga hilang dimakan waktu.
Aku selalu kehilangan akal
karenamu. Marahku menjadi tangisku, sedihku menjadi tawaku, dan kebahagianmu
segalanya untukku. Mamah mu, adalah segalanya untuk mu, duniamu, hidupmu,
nyawamu. Aku tahu itu. Beliau berhak sepenuhnya atas dirimu saat ini. Tanpanya
tentulah tiada dirimu, begitu pikirku. Bahkan disaat aku tahu mamah mu telah
memberikanmu kesempatan untuk memilih gadis lain selain aku, yang lebih cantik,
lebih baik, lebih kaya, lebih pintar, mapan, itu adalah haknya. Sepenuhnya. Aku
tahu, kau begitu peduli padaku, menyayangiku, Tapi, bagiku kebahagiaan mamah mu
juga kebahagianku. Segalanya. Restunya adalah restu ibuku, marahnya adalah
marah ibuku, sedihnya adalah sedih ibuku. Beliau, meski aku belum mengenalnya
adalah ibu yang harus kucintai dan kuhormati sama seperti ibuku.
Kamu, sibirung
tulang yang selalu mengisi doa doa malamku, tahukah kamu?? Aku begitu
mencintaimu. Mengharapkan kesuksesan mu lebih dari apapun. Namun, dibalik itu semua,
aku masih ragu, tergugu dalam malam malam sendiriku, bertanya, apakah tawaku
dan tawamu saat ini juga menjadi tawa si jantung hati? Mamah mu?? Karena aku
tak bisa tetap bersanding dengamu, saat ini ataupun nanti tanpa restunya,
kebahagiannya.
Kamu, manusia yang selalu
membuatku renta dan rapuh. Saat saat ini, meski aku sangat marah padamu, aku
tetap berdoa yang terbaik untukmu. Aku tahu aku salah, aku tahu aku egois, aku
tahu aku begitu kekanakan, tapi bukankah semua orang jatuh cinta melakukannya?
Menjadi begitu pemarah, egois, kekanakan ketika separuh nyawanya hendak
dimiliki orang lain? Mataku mata seorang wanita, lebih tajam dari mata makhluk
lainnya. Menelisik ke dalam hati tanpa batas, diam diam. Mataku mata seorang
wanita yang jatuh hati, yang menjadi tajam karena diasah oleh sebungkus rindu
dan segenggam hati, dalam perang batin di setiap hariku. Kamu, maafkan aku yang
telah jatuh hati padamu, sepenuhnya.
Jogja, 25052014